Senin, 11 Desember 2017

Makalah sejarah Desa Ajakkang



KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan izin_Nya sehingga makalah “sejarah dan profil desa Ajakkang” ini dapat terselesaikan. Di dalam makalah ini dipaparkan sejarah dan profil desa Ajakkang sehingga akan membantu kita mengetahiu situasi dan kondisi desa Ajakkang yang sebenarnya.
 Sebagai penyusun saya sangat berharap agar kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembacanya.
 “tak ada gading yang tak retak” ungkapan itulah yang pantas buat kita sebagai manusia, bgitu pula dengan makalah ini. Jika pembaca menemukan kekurangan di dalam makalah ini maka itu adalah kesalahan saya sebagai penulis, namun apabila pembaca menemukan kesempurnaan dalam makalah ini maka itu semata-mata datangnya dari Allah SWT.
 Akhirnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Selamat membaca!
Semoga bermanfaat.
Wassalam ……

                                                                                    Mangkoso, 02 Juni 2012
                                                                                                Penyusun
                                                                       
                                                                                           Andi Ulil Asmi


















BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam Struktur tatanan Pemerintahan Negara Indonesia di kenal istilah Desa yang acapkali sebutannya disetiap tempat berbeda-beda seperti Nagari di Sumatera Barat, Dukuh di Jawa Barat dll. Akan tetapi mempunyai makna yang sama. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut asal usulnya dan adat istiadat setempat yang diakui dalam Sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah. Desa merupakan suatu wilayah territorial yang dipimpin oleh Seorang Kepala Desa yang bertugas mengatur jalannya roda Pemerintahan.
                        Setiap Desa memiliki nama yang berbeda sebagai representasi dari budaya dan kehidupan masyarakatnya, Kondisi sosial ekonomi masyarakat suatu desa sangatlah penting, begitupula kondisi alam atau tofografinya sebagai modal dasar pembangunannya, semakin tinggi tingkat mobilitas social ekonominya maka semakin besar pula laju pertumbunhan pembangunannya.
                        Untuk membentuk suatu desa maka biasanya diambil tindakan berupa penggabungan beberapa desa atau dapat pula melalui pemekaran. Demi untuk menata wilayah suatu desa dibentuklah dusun dan RT yang masing-masing diKepalai oleh Kepala Dusun dan Ketua RT. Setiap Desa memiliki batas yang memisahkan antara satu desa dengan desa lainnya, baik itu berupa Laut, sungai, gunung, pantai dan lain sebagainya. Desa dapat terbentuk jika jumlah penduduknya minimal 1.500 jiwa atau 300 Kepala Keluarga.    
                        Desa mempunyai hak untuk menyelengarakan urusan Rumah Tangganya sendiri dan menolak Pelaksanaan Tugas Pembantuan yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta Sumber Daya Manusia.
            Nama-nama desa yang ada diseluruh Indonesia tentunya punya sejarah, namun sudah sangat jarang penduduk setempat yang tau sejarah nama desanya, hal seperti inilah yang perlu perhatikan, karena kita akan dapat memprediksi keadan desa itu kedepannya apabila kita telah tau persis bagaimana sejarahnya.


B.    Rumusan masalah
Ø Bagaimana sejarah terbentuknya desa Ajakkang
Ø Darimana asal nama desa Ajakkang
Ø Bagaimana keadaan wilayahnya saat ini

C.     Dasar Pemikiran
Setiap desa memiliki sejarah maupun latar belakang terbentuknya oleh sebab itu perlu kiranya setiap warga memiliki pengetahuan akan hal tersebut.

D.    Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada siswa tentang proses terbentuknya Desa Ajakkang, Kecamatan Soppeng Riaja, Kab. Barru.

E.     Sasaran
            Makalah ini pada waktu penyusunannya menggunakan teknik observasi dan pengumpulan data Dan yang menjadi sasarannya adalah Desa Ajakkang, Kec. Sop. Riaja, Kab. Barru.




















BAB II
SELAYANG PANDANG
DESA AJAKKANG

A.    Sejarah Desa Ajakkang
Sesuai letak geografisnya, desa Ajakkang merupakan bagian dari Kecamatan Soppeng Riaja. Dulu Soppeng Riaja adalah bagian dari Kerajaan AJATAPPARENG yang terdiri atas dua kerajaan kecil (lili) , yang rakyatnya hidup dengan bercocok tanam dan sebagian sebagai nelayan.
            Pada abad ke 15, Kerajaan Gowa menguasai Kerajaan AJATAPPARENG secara menyeluruh. Berkat jasa Bone LATENRI Tatta Arung Palakka Petta Malampe’e Gemme’na Tori Tompae (Raja Bone), pada awal abad ke 16 Kerajaan Ajatappareng dan sekitarnnya dapat bebas dari kerajaan Gowa. Sebagai tanda terimah kasih Ajatappareng menyerahkan kerajaan lili antara sungai Batu Pute dan Sungai Lamelotasi (Sungai Takkalasi) Kepada Raja Bone Sebagai rasa Syukurnya.
            Untuk menngawasi pemberian Ajatappareng ini, Raja-raja menyerahkannya kepada Raja Soppeng, pertengaha abad ke 16 tejadi kemelut antara Bone, Soppeng, dan Ajatappareng/Nepo. Maka semua daaerah pengawasan menjadi daerah wilayah kekuasaan penuh dalam Kerajaan Soppeng melebar, dan menjadi penguasa Wilayah Laut.
            Untuk keseluruhan Wilayah antara sungai batu Pute dengan sungai Takkalasi oleh raja Soppeng Memberi nama Soppeng Riaja yang artinya Soppeng Bagian Barat.
Desa Ajakkang juga merupakan salah satu dari 54 Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Barru berada pada 17 Km sebelah utara Ibu kota Kabupaten Barru. Kata Ajakkang diambil dari kata “jakka” atau sisir karena dulu, seorang anak raja dari kerajaan Luwu’ memisahkan diri dari kerajaannya dan ingin mencari tempat yang akan dipimpin sendiri olehnya, akhirnya ia berjalan dengan pengawalnya mencari tempat yang cocok dan bisa dijadikan pemukiman. Sementara ia berjalan, tiba-tiba sisirnya terjatuh, sehingga ia menyebut tempat itu “jakka”, selanjutnya setelah tempat itu telah berpenghuni atau telah menjadi sebuah desa, maka desa tersebut berubah nama menjadi “Ajakkang” karena diambil dari kebiasaan masyarakat pada masa lampau yang dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan dengan musyawarah yang diidentikkan seperti rambut/benang kusut yang diluruskan dengan menggunakan Jakka “ Sisir “ sehingga dikenal dengan sebutan Kampung Ajakkang. Maksudnya dari kata “Ajakkang” adalah tempat menyisir atau meluruskan suatu masalah.

Pada tahun 1900 terbentuklah Kampung Ajakkang dan dikepalai oleh Anre Guru, Berikut adalah daftar nama Anre Guru yang pernah menjabat sebagai Kepala Kampung Ajakkang :
1.     Anre Guru Laikki Pada Tahun 1880 – 1900
2.     Anre Guru Lagala Pada Tahun 1900 – 1910
3.     Anre Guru Lakenta Pada Tahun 1910 – 1920
4.     Anre Guru Abd. Rahim Pada Tahun 1920 – 1930
Pada Tahun 1954 Kampung Ajakkang di mekarkan menjadi 2 Kampung Yaitu Kampung Baru dan Kampung Ajakkang. Pada Tahun itu Juga di pilih Kepala Dusun dan masing – masing mengepalai dusun tersebut selama Kurang lebih 15 tahun lamanya.  Berikut adalah daftar nama Kepala Dusun yang pernah menjabat sebagai Kepala Dusun di Kampung Baru dan Kampung Ajakkang :
1.     Kepala Dusun Kampung Baru
a.      Abd. Samad Pada Tahun 1954 – 1970
b.     Muh. Nasir Pada Tahun 1970 – 1985
2.     Kepala Dusun Ajakkang
a.      Abd. Kadir Pada Tahun 1954 – 1970
b.     Muh. Nuh Pada Tahun 1970 – 1975
c.      Muh. Idi Pada Tahun 1975 – 1985
Setelah diberlakukannya UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, maka Ajakkang dibentuk menjadi Desa berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 450/XII/1965, tanggal 20 Desember 1965.

Pada Tahun 1995 Desa Ajakkang kembali dimekarkan menjadi 5 Dusun yaitu :
1.     Dusun Ajakkang Kepala Dusunnya M. Nasar
2.     Dusun Latappareng Kepala Dusunnya Buhari
3.     Dusun Kamp. Baru Kepala Dusunnya Abd. Muttalib
4.     Dusun Minangatoa Kepala Dusunnya M. Nuh
5.     Dusun Paccekke Kepala Dusunnya La Tahe
Akan tetapi pada tahun 2000 Dusun Paccekke berubah menjadi Desa, sehingga sampai sekarang Desa Ajakkang hanya terdiri menjadi 4 Dusun.
Dengan diberlakukannya Undang – undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang – undang sebelumnya, tentang Pemerintahan Desa, Maka Desa Ajakkang memposisikan diri sebagai Desa otonom dengan mengedepankan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan.
Daftar Nama yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa Ajakkang mulai tahun 1962 sampai sekarang :
1.     Abd. Rahim Periode 1930 – 1938
2.     Masud Nur Periode 1938 – 1946
3.     Andi Palloge Periode 1946 – 1954
4.     Muhsen Periode 1954 – 1964
5.     Muhsen Periode 1964 – 1974
6.     Amin Nur Periode 1974 – 1981
7.     Andi Arifin Periode 1981 – 1987
8.     M. Nasir Periode 1987 – 1995
9.     M. Nasir Periode 1995 - 2002
10.       Mikhdar M. Noor, BA Periode 2002 – 2007
11. Mikhdar M. Noor, BA Periode 2007 – 2013




























B.    DATA POTENSI DESA AJAKKANG(POTENSI SUMBER DAYA ALAM POTENSI UMUM)
Batas Wilayah
Batas
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Sebelah utara
Kelurahan kiru-kiru
Soppeng riaja
Sebelah selatan
Desa balusu
Balusu
Sebelah timur
Desa paccekke
Soppeng Riaja
Sebelah barat
Selat Makassar
Soppeng Riaja
Penetapan batas dan peta wilayah
Penetapan batas
Dasar hukum
Peta wilayah
Sudah ada/belum ada
Ada
Ada
Luas wilayah menurut penggunaan
Luas pemukiman
455 Ha
Luas persawahan
389 Ha
Luas perkebunan
5 Ha
Luas kuburan
3Ha
Luas pekarangan
10 Ha
Luas taman
-
Perkantoran
0,30 Ha
Luas prasarana umum lainnya
0,50 Ha
Total luas
862,8 Ha
TANAH SAWAH

Sawah irigasi ½ teknis
53,76 Ha
Sawah tadah hujan
335,24 Ha
Total luas
389 Ha
TANAH KERING

Tegal/lading
50 Ha
Pemukiman
2 Ha
Pekarangan
0,50 Ha
Total luas
52,50 Ha
TANAH FASILITAS UMUM

Perkantoran pemerintah
0,30 Ha
Tempat pemakaman desa/umum
3 Ha
Bangunan sekolah/perguruan tinggi
2 Ha
Fasilitas pasar
0,30 Ha
Jalan
5 Ha
Daerah tangkapan air
50 Ha
Usaha perikanan
117,6 Ha
Sutet/aliran listrik tegangan tinggi
0,50 Ha
Total luas
178,7 Ha




TANAH HUTAN

Hutan lindung
250 Ha
Hutan produksi

a.      Hutan produksi tetap
100 Ha
b.      Hutan produksi terbatas
56 Ha
Hutan konservasi
20 Ha
Hutan asli
340 Ha
Hutan mangrove
1 Ha
Huatan rakyat
50 Ha
Total luas
817 Ha
IKLIM
Curah hujan
100 Hh 1.975 Mm
Jumlah bulan hujan
9 bulan
Kelembapan
-
Suhu rata-rata harian
20-350C
Tinggi tempat dari permukaan laut
0-100 Mdpl
Jenis dan kesuburan tanah
Warna tanah(sebagian besar)
Hitam
Tekstur tanah
Lempung
Tingkat kemiringan tanah
1-300
Lahan kritis
64 Ha
Lahan terlantar
20 Ha
Tofografi
Orbitasi

Jarak ke ibu kota kecamatan
2 Km
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan kendaraan bermotor
5 menit
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor
30 menit
Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan
Ada/lancer
Jarak ke ibu kota kabupaten/kota
17 Km
Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan kendaraan bermotor
45 menit
Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor
4 jam
Kendaraan umum ke ibu kota kabupaten /kota
Ada/lancer
Jarak ke ibu kota provinsi
120 Km
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan kendaraan bermotor
3 jam
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor
24 jam
Kendaraan umum ke ibu kota ptovinsi
Ada/lancer

PERTANIAN
TANAMAN PANGAN
Pemilikan lahan pertanian tanaman pangan
Jumlah keluarga memiliki tanah pertanian
625 KK
Tidak memiliki
63 KK
Memiliki kurang 1 Ha
588 KK
Memiliki 1,0-5,0 Ha
20 KK
Memiliki 5,0-10 Ha
15 KK
Memiliki lebih dari 10 Ha
2 KK
Jumlah total keluarga petani
688 KK
Luas tanaman pangan menurut komoditas pada tahun ini
Jagung
2 Ha
1 Ton/Ha
Kacang tanah
4 Ha
0,50 Ton/Ha
Padi sawah
389 Ha
8 Ton/Ha
Jenis komoditas buah-buahan yang dibudidayakan
Hasil tanaman dan luas tanaman buah-buahan
Semangka
250 Ha
1,5 Ton/Ha
Pemasaran hasil tanaman buah buahan
Dijual langsung ke konsumen

Dijual ke pasar

Dijual melalui KUD

Diual melalui tengkulak
Dijual ke tengkulak
Luas dan hasil perkebunan menurut jenis komoditas
Jenis
Swasta/Negara
Rakyat
Luas (Ha)
Hasil
(Kw/Ha)
Luas (Ha)
Hasil
(Kw/Ha)
Kelapa


2,5 Ha
2 Ton/Ha
Kapuk


3 Ha
1 Ton/Ha
Pemasaran hasil perkebunan
Dijual langsung ke konsumen

Dijual ke pasar

Dijual melalui KUD

Diual melalui tengkulak
Dijual ke tengkulak





PETERNAKAN
Jenis populasi peternakan
Jenis ternak
Jumlah pemilik
Perkiraan jumlah populasi
Sapi
336 orang
1.031 ekor
Kerbau
1 orang
5 ekor
Ayam kampong
567 orang
4.356 ekor
Bebek
137 orang
411 ekor
Kuda
2 orang
7 ekor
Kambing
4 orang
7 ekor
Angsa
3 orang
11 ekor
Kelinci
6 orang
15 ekor
Anjing
249 orang
273 ekor
Burung langka lainnya
7 orang
10 ekor
Produksi peternakan
Kulit
600 Kg/tahun
Daging
3 Ton/tahun
Minyak
500 Kg/tahun
Ketersediaan hijauan pakan ternak
Luas tanaman pakan ternak (rumput gajah, dll)
3 Ha
Produksi hijauan makanan ternak
1 Ton/ tahun
Luas lahan gembalaan
235 Ha

BAHAN GALIAN
Jenis dan deposit bahan galian
Batu kali
10.000.000 M3
Batu gunung
8.500.000 M3
Pasir
15.000.000 M3
Pasir batu
7.500.000 M3
Produksi bahan galian
Pasir
400 M3/ Tahun
Pasir batu
400 M3/ Tahun
Kepemilikan dan pengelolaan bahan galian
Jenis dan produksi bahan galian
Pengelola/pemilik
Batu kali
Perseorangan
Pasir
Perseorangan
Pemasaran hasil galian
Dijual langsung ke konsumen
Dijual langsung ke konsumen
Dijual ke pasar

Dijual melalui KUD

Diual melalui tengkulak

SUMBER DAYA AIR
Jenis
jumlah
Pemanfaatan
Kondisi
(unit)
(KK)
Baik/Rusak
mata air
2 unit
12 KK
Baik
sumur gali
664 unit
708 KK
Baik
sumur pompa
25 unit
26 KK
Baik
Pipa
1 unit
35 KK
Baik
Sungai
1 unit
3 KK
Baik
Kualitas air minum
Mata air
Baik
Sumur gali
Baik
Sumur pompa
Baik
Pipa
Baik
Air panas
Sumber
Jumlah
Pemanfaatan
Kepemilikan
Lokasi
(wisata,pengobatan,energi,dll)
Pemda
Swasta
Perorangan
gunung
1
Wisata



Kualitas udara
Sumber
Jumlah

Efek
kepemilikan
Lokasi
polutan
terhadap kesehatan
Pemda
Swasta
Perorangan
Sumber
pencemar
(gangguan penglihatan/
Pencemar

kabut, ISPA, dll)
pabrik(kapur,marmer,dll)
5
Asap
ISPA


X
kendaraan bermotor
1
Asap
ISPA


X

POTENSI SWASTA
Lokasi/Tempat/Area wisata
Keberadaan
Luas
Tingkat Pemanfaatan (aktif/fasif)
Laut (wisata pulau,taman laut,situs,sejarah bahari,pantai,dll
ada
2 Ha
Pasif
Gunung (wisata hutan,taman nasional,bumi perkemahan,dll)
ada
250 Ha
Pasif
POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA
JUMLAH
Jumlah laki-lai
1.304
Jumlah perempuan
1.487
Jumlah total
2.791
Jumlah kepala keluarga
784
Kepadatan penduduk
125 orang/Km
USIA                                                                     
Usia
Laki-laki
Wanita

Usia
Laki-laki
Wanita
0-12 Bulan
18
24

39 Tahun
16
17
1 Tahun
27
33

40 Tahun
24
26
2 Tahun
28
26

41 Tahun
15
11
3 Tahun
23
30

42 Tahun
12
23
4 Tahun
20
19

43 Tahun
17
24
5 Tahun
15
19

44 Tahun
12
13
6 Tahun
14
17

45 Tahun
27
31
7 Tahun
17
18

46 Tahun
13
15
8 Tahun
16
21

47 Tahun
12
16
9 Tahun
27
26

48 Tahun
16
12
10 Tahun
25
27

49 Tahun
11
9
11 Tahun
23
19

50 Tahun
31
33
12 Tahun
16
22

51 Tahun
14
21
13 Tahun
23
25

52 Tahun
18
21
14 Tahun
24
19

53 Tahun
19
22
15 Tahun
23
31

54 Tahun
23
17
16 Tahun
12
13

55 Tahun
12
16
17 Tahun
12
23

56 Tahun
14
17
18 Tahun
19
25

57 Tahun
12
9
19 Tahun
23
26

58 Tahun
14
12
20 Tahun
24
26

59 Tahun
12
17
21 Tahun
25
27

60 Tahun
23
17
22 Tahun
26
32

61 Tahun
21
24
23 Tahun
21
16

62 Tahun
23
24
24 Tahun
19
15

63 Tahun
12
7
25 Tahun
27
32

64 Tahun
12
18
26 Tahun
27
26

65 Tahun
10
11
27 Tahun
14
17

66 Tahun
9
7
28 Tahun
19
17

67 Tahun
12
11
29 Tahun
21
25

68 Tahun
9
7
30 Tahun
31
34

69 Tahun
5
7
31 Tahun
24
21

70 Tahun
7
13
32 Tahun
13
17

71 Tahun
15
12
33 Tahun
23
24

72 Tahun
7
11
34 Tahun
14
12

73 Tahun
11
11
35 Tahun
24
31

74 Tahun
7
7
36 Tahun
11
21

75 Tahun
9
14
37 Tahun
19
20

lebih dari 75
6
10
38 Tahun
17
19

Total
1.331
1.464


PENDIDIKAN
TINGKAT PENDIDIKAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Usia 3-6 Tahun yang belum masuk TK
98
121
Usia 3-6 tahun yang sedang TK
17
25
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah
9
5
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah
164
219
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah
20
14
Usia 18-56 tahun yg pernah SD tapi tidak tamat
81
75
Tamat SD/ Sederajat
280
311
Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP
7
4
Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA
2
1
Tamat SMP/ sederajat
140
164
Tamat SMA/ Sederajat
239
281
Tamat D-1/ Sederajat
87
90
Tamat D-2/ sederajat
19
25
Tamat D-3/ sederajat
23
29
Tamat S-1/ sederajat
39
45
Jumlah
1.247
1.404
Jumlah Total
2.651
MATA PENCAHARIAN POKOK
Jenis Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
petani
1.159
10
Buruh tani
102
-
Pegawai negeri sipil
65
82
Peternak
3
-
Nelayan
25
-
Montir
1
-
TNI
1
-
POLRI
4
-
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
28
37
Pengusaha kecil dan menengah
5
-
Dukun kampung terlatih
-
1
AGAMA
AGAMA
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Islam
1.304
1.487
KEWARGANEGARAAN
KEWARGANEGARAAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Warga negara Indonesia
1.304
1.487
Jumlah
1.304
1.487


ETNIS
ETNIS
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Jawa
1
-
Bugis
1.299
1.482
Makassar
4
2
Mandar
-
2
Minahasa
-
1
Jumlah
1.304
1.487

POTENSI KELEMBAGAAN
LEMBAGA PEMERINTAHAN
PEMERINTAH DESA KELURAHAN
Dasar hukum pembentukan desa/ kelurahan
Perda Kab. Barru
Dasar pembentukan BPD
SK. Bupati
Jumlah aparat pemerintahan desa/kelurahan
15 orang
Kepala desa/ lurah
Mikhdar M. Noor, BA
Sekretaris desa/ lurah
Rahmatiah
Kepala Urusan Pemerintahan
Hasrianti
Kepala Urusan Pembangunan
Ibnu Rusdi
Kepala urusan keuangan
Ridwan
Jumlah staf
3
Jumlah Dusun di Desa/ Lingkungan di kelurahan
4
Kepala Dusun/ Lingkungan Ajakkang
M. Nasar
Kepala Dusun/ Lingkungan Latappareng
Buhari K.
Kepala Dusun/ Lingkungan Kampung Baru
Abd. Muttalib
Kepala Dusun/ Lingkungan Minangatoa
Muh. Nuh

LEMBAGA PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
Nama
Jumlah
Status
Kepemilikan
Jumlah
Jumlah Siswa
(Terdaftar,
Pemerintah
Swasta
Desa/Kel
Tenaga
Terakreditasi)
Pengajar
Play Group
1


1

1
12
TK
2

1
1

5
30
SD/sederajat
4

3
1

34
286
SMP/sederajat
1


1

7
32



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Desa Ajakkang merupakn bagian dari kecamatan soppeng riaja.
Kata Ajakkang diambil dari kata “jakka” atau sisir karena dulu, seorang anak raja dari kerajaan Luwu’ memisahkan diri dari kerajaannya dan ingin mencari tempat yang akan dipimpin sendiri olehnya, akhirnya ia berjalan dengan pengawalnya mencari tempat yang cocok dan bisa dijadikan pemukiman. Sementara ia berjalan, tiba-tiba sisirnya terjatuh, sehingga ia menyebut tempat itu “jakka”, selanjutnya setelah tempat itu telah berpenghuni atau telah menjadi sebuah desa, maka desa tersebut berubah nama menjadi “Ajakkang” karena diambil dari kebiasaan masyarakat pada masa lampau yang dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan dengan musyawarah yang diidentikkan seperti rambut/benang kusut yang diluruskan dengan menggunakan Jakka “ Sisir “ sehingga dikenal dengan sebutan Kampung Ajakkang. Maksudnya dari kata “Ajakkang” adalah tempat menyisir atau meluruskan suatu masalah.

B.    Saran
Sebagai generasi penerus bangsa alangkah baiknya jika kita mengetahui sejarah tempat tinggal kita. Jangan gengsi atau bermasa bodoh dengan sejarah, karena dengan belajar sejarah hidup kita kedepannya akan lebih terarah dan bahkan mampu memprediksi masa yang akan datang.