KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan izin_Nya sehingga
makalah “sejarah dan profil desa Ajakkang” ini dapat terselesaikan. Di dalam makalah ini
dipaparkan sejarah dan profil desa Ajakkang sehingga akan membantu kita mengetahiu situasi dan
kondisi desa Ajakkang
yang sebenarnya.
Sebagai penyusun saya sangat berharap agar
kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembacanya.
“tak ada gading yang tak retak” ungkapan
itulah yang pantas buat kita sebagai manusia, bgitu pula dengan makalah ini.
Jika pembaca menemukan kekurangan di dalam makalah ini maka itu adalah
kesalahan saya sebagai penulis, namun apabila pembaca menemukan kesempurnaan
dalam makalah ini maka itu semata-mata datangnya dari Allah SWT.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Selamat membaca!
Semoga bermanfaat.
Wassalam ……
Mangkoso,
02 Juni 2012
Penyusun
Andi Ulil Asmi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Struktur tatanan Pemerintahan Negara
Indonesia di kenal istilah Desa yang acapkali sebutannya disetiap tempat
berbeda-beda seperti Nagari di Sumatera Barat, Dukuh di Jawa Barat dll. Akan tetapi
mempunyai makna yang sama. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
asal usulnya dan adat istiadat setempat yang diakui dalam Sistem Pemerintahan
Nasional dan berada di Daerah. Desa merupakan suatu wilayah territorial yang
dipimpin oleh Seorang Kepala Desa yang bertugas mengatur jalannya roda
Pemerintahan.
Setiap
Desa memiliki nama yang berbeda sebagai representasi dari budaya dan kehidupan
masyarakatnya, Kondisi sosial ekonomi masyarakat suatu desa sangatlah penting,
begitupula kondisi alam atau tofografinya sebagai modal dasar pembangunannya,
semakin tinggi tingkat mobilitas social ekonominya maka semakin besar pula laju
pertumbunhan pembangunannya.
Untuk
membentuk suatu desa maka biasanya diambil tindakan berupa penggabungan
beberapa desa atau dapat pula melalui pemekaran. Demi untuk menata wilayah
suatu desa dibentuklah dusun dan RT yang masing-masing diKepalai oleh Kepala
Dusun dan Ketua RT. Setiap Desa memiliki batas yang memisahkan antara satu desa
dengan desa lainnya, baik itu berupa Laut, sungai, gunung, pantai dan lain
sebagainya. Desa dapat terbentuk jika jumlah penduduknya minimal 1.500 jiwa
atau 300 Kepala Keluarga.
Desa
mempunyai hak untuk menyelengarakan urusan Rumah Tangganya sendiri dan menolak
Pelaksanaan Tugas Pembantuan yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan
prasarana serta Sumber Daya Manusia.
Nama-nama
desa yang ada diseluruh Indonesia tentunya punya sejarah, namun sudah sangat
jarang penduduk setempat yang tau sejarah nama desanya, hal seperti inilah yang
perlu perhatikan, karena kita akan dapat memprediksi keadan desa itu kedepannya
apabila kita telah tau persis bagaimana sejarahnya.
B. Rumusan
masalah
Ø Bagaimana
sejarah terbentuknya desa Ajakkang
Ø Darimana asal
nama desa Ajakkang
Ø Bagaimana
keadaan wilayahnya saat ini
C. Dasar
Pemikiran
Setiap desa memiliki sejarah maupun latar belakang terbentuknya
oleh sebab itu perlu kiranya setiap warga memiliki pengetahuan akan hal
tersebut.
D. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada siswa
tentang proses terbentuknya Desa Ajakkang, Kecamatan Soppeng Riaja, Kab. Barru.
E. Sasaran
Makalah ini pada waktu penyusunannya
menggunakan teknik observasi dan pengumpulan data Dan yang menjadi sasarannya
adalah Desa Ajakkang,
Kec. Sop. Riaja, Kab. Barru.
BAB II
SELAYANG
PANDANG
DESA
AJAKKANG
A.
Sejarah Desa Ajakkang
Sesuai
letak geografisnya, desa Ajakkang merupakan bagian dari Kecamatan
Soppeng Riaja. Dulu Soppeng Riaja adalah bagian dari Kerajaan AJATAPPARENG yang
terdiri atas dua kerajaan kecil (lili) , yang rakyatnya hidup dengan bercocok
tanam dan sebagian sebagai nelayan.
Pada
abad ke 15, Kerajaan Gowa menguasai Kerajaan AJATAPPARENG secara menyeluruh.
Berkat jasa Bone LATENRI Tatta Arung Palakka Petta Malampe’e Gemme’na Tori
Tompae (Raja Bone), pada awal abad ke 16 Kerajaan Ajatappareng dan sekitarnnya
dapat bebas dari kerajaan Gowa. Sebagai tanda terimah kasih Ajatappareng
menyerahkan kerajaan lili antara sungai Batu Pute dan Sungai Lamelotasi (Sungai
Takkalasi) Kepada Raja Bone Sebagai rasa Syukurnya.
Untuk
menngawasi pemberian Ajatappareng ini, Raja-raja menyerahkannya kepada Raja
Soppeng, pertengaha abad ke 16 tejadi kemelut antara Bone, Soppeng, dan
Ajatappareng/Nepo. Maka semua daaerah pengawasan menjadi daerah wilayah
kekuasaan penuh dalam Kerajaan Soppeng melebar, dan menjadi penguasa Wilayah
Laut.
Untuk
keseluruhan Wilayah antara sungai batu Pute dengan sungai Takkalasi oleh raja
Soppeng Memberi nama Soppeng Riaja yang artinya Soppeng Bagian Barat.
Desa Ajakkang juga merupakan salah
satu dari 54 Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Barru berada pada 17 Km
sebelah utara Ibu kota Kabupaten Barru. Kata Ajakkang diambil dari kata “jakka” atau sisir
karena dulu, seorang anak raja dari kerajaan Luwu’ memisahkan diri dari
kerajaannya dan ingin mencari tempat yang akan dipimpin sendiri olehnya,
akhirnya ia berjalan dengan pengawalnya mencari tempat yang cocok dan bisa
dijadikan pemukiman. Sementara ia berjalan, tiba-tiba sisirnya terjatuh,
sehingga ia menyebut tempat itu “jakka”, selanjutnya setelah tempat itu telah
berpenghuni atau telah menjadi sebuah desa, maka desa tersebut berubah nama
menjadi “Ajakkang”
karena diambil dari kebiasaan masyarakat pada masa lampau yang dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan dengan musyawarah yang
diidentikkan seperti rambut/benang kusut yang diluruskan dengan menggunakan
Jakka “ Sisir “ sehingga dikenal dengan sebutan Kampung Ajakkang. Maksudnya dari kata “Ajakkang” adalah tempat
menyisir atau meluruskan suatu masalah.
Pada tahun
1900 terbentuklah Kampung Ajakkang
dan dikepalai oleh Anre Guru, Berikut adalah daftar nama Anre Guru yang pernah
menjabat sebagai Kepala Kampung Ajakkang
:
1. Anre Guru
Laikki Pada Tahun 1880 – 1900
2. Anre Guru
Lagala Pada Tahun 1900 – 1910
3. Anre Guru
Lakenta Pada Tahun 1910 – 1920
4. Anre Guru Abd.
Rahim Pada Tahun 1920 – 1930
Pada Tahun
1954 Kampung Ajakkang
di mekarkan menjadi 2 Kampung Yaitu Kampung Baru dan Kampung Ajakkang. Pada Tahun itu Juga
di pilih Kepala Dusun dan masing – masing mengepalai dusun tersebut selama
Kurang lebih 15 tahun lamanya. Berikut
adalah daftar nama Kepala Dusun yang pernah menjabat sebagai Kepala Dusun di
Kampung Baru dan Kampung Ajakkang
:
1. Kepala Dusun
Kampung Baru
a. Abd. Samad
Pada Tahun 1954 – 1970
b. Muh. Nasir
Pada Tahun 1970 – 1985
2. Kepala Dusun
Ajakkang
a. Abd. Kadir Pada
Tahun 1954 – 1970
b. Muh. Nuh
Pada Tahun 1970 – 1975
c. Muh. Idi
Pada Tahun 1975 – 1985
Setelah
diberlakukannya UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, maka Ajakkang dibentuk menjadi
Desa berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 450/XII/1965,
tanggal 20 Desember 1965.
Pada Tahun
1995 Desa Ajakkang
kembali dimekarkan menjadi 5 Dusun yaitu :
1. Dusun Ajakkang Kepala Dusunnya M.
Nasar
2. Dusun
Latappareng Kepala Dusunnya Buhari
3. Dusun Kamp.
Baru Kepala Dusunnya Abd. Muttalib
4. Dusun
Minangatoa Kepala Dusunnya M. Nuh
5. Dusun
Paccekke Kepala Dusunnya La Tahe
Akan tetapi pada tahun 2000 Dusun Paccekke berubah menjadi Desa,
sehingga sampai sekarang Desa Ajakkang
hanya terdiri menjadi 4 Dusun.
Dengan
diberlakukannya Undang – undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang – undang Nomor
32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang – undang sebelumnya, tentang
Pemerintahan Desa, Maka Desa Ajakkang
memposisikan diri sebagai Desa otonom dengan mengedepankan partisipasi dan
peran serta masyarakat dalam proses pembangunan.
Daftar Nama
yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa Ajakkang mulai tahun 1962 sampai sekarang :
1. Abd. Rahim
Periode 1930 – 1938
2. Masud Nur
Periode 1938 – 1946
3. Andi Palloge
Periode 1946 – 1954
4. Muhsen
Periode 1954 – 1964
5. Muhsen
Periode 1964 – 1974
6. Amin Nur
Periode 1974 – 1981
7. Andi Arifin
Periode 1981 – 1987
8. M. Nasir
Periode 1987 – 1995
9. M. Nasir
Periode 1995 - 2002
10.
Mikhdar M. Noor, BA Periode 2002 – 2007
11.
Mikhdar M. Noor, BA Periode 2007 – 2013
B.
DATA POTENSI DESA AJAKKANG(POTENSI
SUMBER DAYA ALAM POTENSI UMUM)
Batas Wilayah
Batas
|
Desa/Kelurahan
|
Kecamatan
|
Sebelah utara
|
Kelurahan kiru-kiru
|
Soppeng riaja
|
Sebelah selatan
|
Desa balusu
|
Balusu
|
Sebelah timur
|
Desa paccekke
|
Soppeng Riaja
|
Sebelah barat
|
Selat Makassar
|
Soppeng Riaja
|
Penetapan batas dan
peta wilayah
Penetapan batas
|
Dasar hukum
|
Peta wilayah
|
Sudah ada/belum ada
|
Ada
|
Ada
|
Luas wilayah menurut
penggunaan
Luas pemukiman
|
455 Ha
|
Luas persawahan
|
389 Ha
|
Luas perkebunan
|
5 Ha
|
Luas kuburan
|
3Ha
|
Luas pekarangan
|
10 Ha
|
Luas taman
|
-
|
Perkantoran
|
0,30 Ha
|
Luas prasarana umum lainnya
|
0,50 Ha
|
Total luas
|
862,8 Ha
|
TANAH SAWAH
|
|
Sawah irigasi ½ teknis
|
53,76 Ha
|
Sawah tadah hujan
|
335,24 Ha
|
Total luas
|
389 Ha
|
TANAH KERING
|
|
Tegal/lading
|
50 Ha
|
Pemukiman
|
2 Ha
|
Pekarangan
|
0,50 Ha
|
Total luas
|
52,50 Ha
|
TANAH FASILITAS UMUM
|
|
Perkantoran pemerintah
|
0,30 Ha
|
Tempat pemakaman desa/umum
|
3 Ha
|
Bangunan sekolah/perguruan
tinggi
|
2 Ha
|
Fasilitas pasar
|
0,30 Ha
|
Jalan
|
5 Ha
|
Daerah tangkapan air
|
50 Ha
|
Usaha perikanan
|
117,6 Ha
|
Sutet/aliran listrik tegangan
tinggi
|
0,50 Ha
|
Total luas
|
178,7 Ha
|
TANAH HUTAN
|
|
Hutan lindung
|
250 Ha
|
Hutan produksi
|
|
a.
Hutan
produksi tetap
|
100 Ha
|
b.
Hutan
produksi terbatas
|
56 Ha
|
Hutan konservasi
|
20 Ha
|
Hutan asli
|
340 Ha
|
Hutan mangrove
|
1 Ha
|
Huatan rakyat
|
50 Ha
|
Total luas
|
817 Ha
|
IKLIM
Curah hujan
|
100 Hh 1.975 Mm
|
Jumlah bulan hujan
|
9 bulan
|
Kelembapan
|
-
|
Suhu rata-rata harian
|
20-350C
|
Tinggi tempat dari
permukaan laut
|
0-100 Mdpl
|
Jenis dan kesuburan tanah
Warna tanah(sebagian besar)
|
Hitam
|
Tekstur tanah
|
Lempung
|
Tingkat kemiringan tanah
|
1-300
|
Lahan kritis
|
64 Ha
|
Lahan terlantar
|
20 Ha
|
Tofografi
Orbitasi
|
|
Jarak ke ibu kota kecamatan
|
2 Km
|
Lama jarak tempuh ke ibu
kota kecamatan dengan kendaraan bermotor
|
5 menit
|
Lama jarak tempuh ke ibu
kota kecamatan dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor
|
30 menit
|
Kendaraan umum ke ibu kota
kecamatan
|
Ada/lancer
|
Jarak ke ibu kota
kabupaten/kota
|
17 Km
|
Lama jarak tempuh ke ibu
kota kabupaten dengan kendaraan bermotor
|
45 menit
|
Lama jarak tempuh ke ibu
kota kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor
|
4 jam
|
Kendaraan umum ke ibu kota
kabupaten /kota
|
Ada/lancer
|
Jarak ke ibu kota provinsi
|
120 Km
|
Lama jarak tempuh ke ibu
kota provinsi dengan kendaraan bermotor
|
3 jam
|
Lama jarak tempuh ke ibu
kota provinsi dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor
|
24 jam
|
Kendaraan umum ke ibu kota
ptovinsi
|
Ada/lancer
|
PERTANIAN
TANAMAN PANGAN
Pemilikan lahan pertanian
tanaman pangan
Jumlah keluarga memiliki
tanah pertanian
|
625 KK
|
Tidak memiliki
|
63 KK
|
Memiliki kurang 1 Ha
|
588 KK
|
Memiliki 1,0-5,0 Ha
|
20 KK
|
Memiliki 5,0-10 Ha
|
15 KK
|
Memiliki lebih dari 10 Ha
|
2 KK
|
Jumlah total keluarga
petani
|
688 KK
|
Luas tanaman pangan menurut
komoditas pada tahun ini
Jagung
|
2 Ha
|
1 Ton/Ha
|
Kacang tanah
|
4 Ha
|
0,50 Ton/Ha
|
Padi sawah
|
389 Ha
|
8 Ton/Ha
|
Jenis
komoditas buah-buahan yang dibudidayakan
Hasil tanaman dan luas
tanaman buah-buahan
Semangka
|
250 Ha
|
1,5 Ton/Ha
|
Pemasaran hasil tanaman
buah buahan
Dijual langsung ke konsumen
|
|
Dijual ke pasar
|
|
Dijual melalui KUD
|
|
Diual melalui tengkulak
|
Dijual ke tengkulak
|
Luas dan hasil perkebunan
menurut jenis komoditas
Jenis
|
Swasta/Negara
|
Rakyat
|
||
Luas (Ha)
|
Hasil
(Kw/Ha)
|
Luas (Ha)
|
Hasil
(Kw/Ha)
|
|
Kelapa
|
2,5
Ha
|
2
Ton/Ha
|
||
Kapuk
|
3
Ha
|
1
Ton/Ha
|
Pemasaran hasil perkebunan
Dijual langsung ke konsumen
|
|
Dijual ke pasar
|
|
Dijual melalui KUD
|
|
Diual melalui tengkulak
|
Dijual ke tengkulak
|
PETERNAKAN
Jenis populasi peternakan
Jenis ternak
|
Jumlah pemilik
|
Perkiraan jumlah populasi
|
Sapi
|
336 orang
|
1.031 ekor
|
Kerbau
|
1 orang
|
5 ekor
|
Ayam kampong
|
567 orang
|
4.356 ekor
|
Bebek
|
137 orang
|
411 ekor
|
Kuda
|
2 orang
|
7 ekor
|
Kambing
|
4 orang
|
7 ekor
|
Angsa
|
3 orang
|
11 ekor
|
Kelinci
|
6 orang
|
15 ekor
|
Anjing
|
249 orang
|
273 ekor
|
Burung langka lainnya
|
7 orang
|
10 ekor
|
Produksi peternakan
Kulit
|
600 Kg/tahun
|
Daging
|
3 Ton/tahun
|
Minyak
|
500 Kg/tahun
|
Ketersediaan hijauan pakan
ternak
Luas tanaman pakan ternak
(rumput gajah, dll)
|
3 Ha
|
Produksi hijauan makanan
ternak
|
1 Ton/ tahun
|
Luas lahan gembalaan
|
235 Ha
|
BAHAN GALIAN
Jenis dan deposit bahan
galian
Batu kali
|
10.000.000 M3
|
Batu gunung
|
8.500.000 M3
|
Pasir
|
15.000.000 M3
|
Pasir batu
|
7.500.000 M3
|
Produksi bahan galian
Pasir
|
400 M3/ Tahun
|
Pasir batu
|
400 M3/ Tahun
|
Kepemilikan dan pengelolaan
bahan galian
Jenis dan produksi bahan
galian
|
Pengelola/pemilik
|
Batu kali
|
Perseorangan
|
Pasir
|
Perseorangan
|
Pemasaran hasil galian
Dijual langsung ke konsumen
|
Dijual langsung ke konsumen
|
Dijual ke pasar
|
|
Dijual melalui KUD
|
|
Diual melalui tengkulak
|
SUMBER DAYA AIR
Jenis
|
jumlah
|
Pemanfaatan
|
Kondisi
|
(unit)
|
(KK)
|
Baik/Rusak
|
|
mata air
|
2 unit
|
12 KK
|
Baik
|
sumur gali
|
664 unit
|
708
KK
|
Baik
|
sumur pompa
|
25 unit
|
26 KK
|
Baik
|
Pipa
|
1 unit
|
35 KK
|
Baik
|
Sungai
|
1 unit
|
3 KK
|
Baik
|
Kualitas air minum
Mata air
|
Baik
|
Sumur gali
|
Baik
|
Sumur pompa
|
Baik
|
Pipa
|
Baik
|
Air panas
Sumber
|
Jumlah
|
Pemanfaatan
|
Kepemilikan
|
||
Lokasi
|
(wisata,pengobatan,energi,dll)
|
Pemda
|
Swasta
|
Perorangan
|
|
gunung
|
1
|
Wisata
|
Kualitas udara
Sumber
|
Jumlah
|
Efek
|
kepemilikan
|
|||
Lokasi
|
polutan
|
terhadap kesehatan
|
Pemda
|
Swasta
|
Perorangan
|
|
Sumber
|
pencemar
|
(gangguan
penglihatan/
|
||||
Pencemar
|
kabut,
ISPA, dll)
|
|||||
pabrik(kapur,marmer,dll)
|
5
|
Asap
|
ISPA
|
X
|
||
kendaraan
bermotor
|
1
|
Asap
|
ISPA
|
X
|
POTENSI SWASTA
Lokasi/Tempat/Area wisata
|
Keberadaan
|
Luas
|
Tingkat Pemanfaatan (aktif/fasif)
|
Laut (wisata pulau,taman
laut,situs,sejarah bahari,pantai,dll
|
ada
|
2
Ha
|
Pasif
|
Gunung (wisata hutan,taman
nasional,bumi perkemahan,dll)
|
ada
|
250
Ha
|
Pasif
|
POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA
JUMLAH
Jumlah laki-lai
|
1.304
|
Jumlah perempuan
|
1.487
|
Jumlah total
|
2.791
|
Jumlah kepala keluarga
|
784
|
Kepadatan penduduk
|
125 orang/Km
|
USIA
Usia
|
Laki-laki
|
Wanita
|
Usia
|
Laki-laki
|
Wanita
|
|
0-12 Bulan
|
18
|
24
|
39 Tahun
|
16
|
17
|
|
1 Tahun
|
27
|
33
|
40 Tahun
|
24
|
26
|
|
2 Tahun
|
28
|
26
|
41 Tahun
|
15
|
11
|
|
3 Tahun
|
23
|
30
|
42 Tahun
|
12
|
23
|
|
4 Tahun
|
20
|
19
|
43 Tahun
|
17
|
24
|
|
5 Tahun
|
15
|
19
|
44 Tahun
|
12
|
13
|
|
6 Tahun
|
14
|
17
|
45 Tahun
|
27
|
31
|
|
7 Tahun
|
17
|
18
|
46 Tahun
|
13
|
15
|
|
8 Tahun
|
16
|
21
|
47 Tahun
|
12
|
16
|
|
9 Tahun
|
27
|
26
|
48 Tahun
|
16
|
12
|
|
10 Tahun
|
25
|
27
|
49 Tahun
|
11
|
9
|
|
11 Tahun
|
23
|
19
|
50 Tahun
|
31
|
33
|
|
12 Tahun
|
16
|
22
|
51 Tahun
|
14
|
21
|
|
13 Tahun
|
23
|
25
|
52 Tahun
|
18
|
21
|
|
14 Tahun
|
24
|
19
|
53 Tahun
|
19
|
22
|
|
15 Tahun
|
23
|
31
|
54 Tahun
|
23
|
17
|
|
16 Tahun
|
12
|
13
|
55 Tahun
|
12
|
16
|
|
17 Tahun
|
12
|
23
|
56 Tahun
|
14
|
17
|
|
18 Tahun
|
19
|
25
|
57 Tahun
|
12
|
9
|
|
19 Tahun
|
23
|
26
|
58 Tahun
|
14
|
12
|
|
20 Tahun
|
24
|
26
|
59 Tahun
|
12
|
17
|
|
21 Tahun
|
25
|
27
|
60 Tahun
|
23
|
17
|
|
22 Tahun
|
26
|
32
|
61 Tahun
|
21
|
24
|
|
23 Tahun
|
21
|
16
|
62 Tahun
|
23
|
24
|
|
24 Tahun
|
19
|
15
|
63 Tahun
|
12
|
7
|
|
25 Tahun
|
27
|
32
|
64 Tahun
|
12
|
18
|
|
26 Tahun
|
27
|
26
|
65 Tahun
|
10
|
11
|
|
27 Tahun
|
14
|
17
|
66 Tahun
|
9
|
7
|
|
28 Tahun
|
19
|
17
|
67 Tahun
|
12
|
11
|
|
29 Tahun
|
21
|
25
|
68 Tahun
|
9
|
7
|
|
30 Tahun
|
31
|
34
|
69 Tahun
|
5
|
7
|
|
31 Tahun
|
24
|
21
|
70 Tahun
|
7
|
13
|
|
32 Tahun
|
13
|
17
|
71 Tahun
|
15
|
12
|
|
33 Tahun
|
23
|
24
|
72 Tahun
|
7
|
11
|
|
34 Tahun
|
14
|
12
|
73 Tahun
|
11
|
11
|
|
35 Tahun
|
24
|
31
|
74 Tahun
|
7
|
7
|
|
36 Tahun
|
11
|
21
|
75 Tahun
|
9
|
14
|
|
37 Tahun
|
19
|
20
|
lebih dari 75
|
6
|
10
|
|
38 Tahun
|
17
|
19
|
Total
|
1.331
|
1.464
|
PENDIDIKAN
TINGKAT PENDIDIKAN
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
Usia 3-6 Tahun yang belum
masuk TK
|
98
|
121
|
Usia 3-6 tahun yang sedang
TK
|
17
|
25
|
Usia 7-18 tahun yang tidak
pernah sekolah
|
9
|
5
|
Usia 7-18 tahun yang sedang
sekolah
|
164
|
219
|
Usia 18-56 tahun yang tidak
pernah sekolah
|
20
|
14
|
Usia 18-56 tahun yg pernah
SD tapi tidak tamat
|
81
|
75
|
Tamat SD/ Sederajat
|
280
|
311
|
Usia 12-56 tahun tidak
tamat SLTP
|
7
|
4
|
Usia 18-56 tahun tidak
tamat SLTA
|
2
|
1
|
Tamat SMP/ sederajat
|
140
|
164
|
Tamat SMA/ Sederajat
|
239
|
281
|
Tamat D-1/ Sederajat
|
87
|
90
|
Tamat D-2/ sederajat
|
19
|
25
|
Tamat D-3/ sederajat
|
23
|
29
|
Tamat S-1/ sederajat
|
39
|
45
|
Jumlah
|
1.247
|
1.404
|
Jumlah
Total
|
2.651
|
MATA PENCAHARIAN POKOK
Jenis Pekerjaan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
petani
|
1.159
|
10
|
Buruh
tani
|
102
|
-
|
Pegawai
negeri sipil
|
65
|
82
|
Peternak
|
3
|
-
|
Nelayan
|
25
|
-
|
Montir
|
1
|
-
|
TNI
|
1
|
-
|
POLRI
|
4
|
-
|
Pensiunan
PNS/TNI/POLRI
|
28
|
37
|
Pengusaha
kecil dan menengah
|
5
|
-
|
Dukun
kampung terlatih
|
-
|
1
|
AGAMA
AGAMA
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
Islam
|
1.304
|
1.487
|
KEWARGANEGARAAN
KEWARGANEGARAAN
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
Warga negara Indonesia
|
1.304
|
1.487
|
Jumlah
|
1.304
|
1.487
|
ETNIS
ETNIS
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
Jawa
|
1
|
-
|
Bugis
|
1.299
|
1.482
|
Makassar
|
4
|
2
|
Mandar
|
-
|
2
|
Minahasa
|
-
|
1
|
Jumlah
|
1.304
|
1.487
|
POTENSI
KELEMBAGAAN
LEMBAGA PEMERINTAHAN
PEMERINTAH DESA KELURAHAN
|
|
Dasar hukum pembentukan
desa/ kelurahan
|
Perda Kab. Barru
|
Dasar pembentukan BPD
|
SK. Bupati
|
Jumlah aparat pemerintahan
desa/kelurahan
|
15 orang
|
Kepala desa/ lurah
|
Mikhdar M. Noor, BA
|
Sekretaris desa/ lurah
|
Rahmatiah
|
Kepala Urusan Pemerintahan
|
Hasrianti
|
Kepala Urusan Pembangunan
|
Ibnu Rusdi
|
Kepala urusan keuangan
|
Ridwan
|
Jumlah staf
|
3
|
Jumlah Dusun di Desa/
Lingkungan di kelurahan
|
4
|
Kepala Dusun/ Lingkungan Ajakkang
|
M. Nasar
|
Kepala Dusun/ Lingkungan
Latappareng
|
Buhari K.
|
Kepala Dusun/ Lingkungan
Kampung Baru
|
Abd. Muttalib
|
Kepala Dusun/ Lingkungan
Minangatoa
|
Muh. Nuh
|
LEMBAGA
PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
Nama
|
Jumlah
|
Status
|
Kepemilikan
|
Jumlah
|
Jumlah Siswa
|
||
(Terdaftar,
|
Pemerintah
|
Swasta
|
Desa/Kel
|
Tenaga
|
|||
Terakreditasi)
|
Pengajar
|
||||||
Play Group
|
1
|
1
|
1
|
12
|
|||
TK
|
2
|
1
|
1
|
5
|
30
|
||
SD/sederajat
|
4
|
3
|
1
|
34
|
286
|
||
SMP/sederajat
|
1
|
1
|
7
|
32
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Desa Ajakkang merupakn bagian dari kecamatan soppeng riaja.
Kata Ajakkang diambil dari kata “jakka” atau sisir karena dulu,
seorang anak raja dari kerajaan Luwu’ memisahkan diri dari kerajaannya dan
ingin mencari tempat yang akan dipimpin sendiri olehnya, akhirnya ia berjalan
dengan pengawalnya mencari tempat yang cocok dan bisa dijadikan pemukiman.
Sementara ia berjalan, tiba-tiba sisirnya terjatuh, sehingga ia menyebut tempat
itu “jakka”, selanjutnya setelah tempat itu telah berpenghuni atau telah
menjadi sebuah desa, maka desa tersebut berubah nama menjadi “Ajakkang” karena diambil dari
kebiasaan masyarakat pada masa lampau yang dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah dilakukan dengan musyawarah yang diidentikkan seperti
rambut/benang kusut yang diluruskan dengan menggunakan Jakka “ Sisir “ sehingga
dikenal dengan sebutan Kampung Ajakkang.
Maksudnya dari kata “Ajakkang”
adalah tempat menyisir atau meluruskan suatu masalah.
B. Saran
Sebagai generasi penerus bangsa alangkah
baiknya jika kita mengetahui sejarah tempat tinggal kita. Jangan gengsi atau
bermasa bodoh dengan sejarah, karena dengan belajar sejarah hidup kita
kedepannya akan lebih terarah dan bahkan mampu memprediksi masa yang akan
datang.